Jumat, 11 Mei 2012

Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi : “Teknik Bayangan 2 : Abdomen/BNO”

          Pada saat menyampaikan Teknik Bayangan pada pemeriksaan Thorax foto, saya berjanji akan membahas Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi untuk pemeriksaan lainnya. Pada kesempatan ini saya mencoba menyampaikan Teknik Bayangan pada pemeriksaan Abdomen/BNO.
          Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, teknik ini saya namakan teknik bayangan karena menggunakan bantuan bayangan dari lampu kolimator. Oleh karena itu, teknik ini hanya bisa digunakan pada alat rontgen yang dilengkapi dengan lampu kolimator.
       Seperti halnya teknik bayangan pada Thorax foto, teknik ini juga sangat mudah dan cepat. Teknik ini juga digunakan pada saat pengaturan posisi pasien.  Dengan menggunakan teknik ini diharapkan radiografer dapat mengerjakan pemeriksaan Abdomen/BNO dengan lebih cepat, simetris dan tidak terpotong.
         Teknik ini saya sampaikan dikarenakan ada beberapa radiografer yang baru lulus,  dan juga mahasiswa Teknik Radiografi yang sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL) ataupun yang sedang Praktek Kerja Nyata (PKN) merasa dalam melakukan pemeriksaan Abdomen/BNO tidak selalu mendapatkan gambaran yang pasti, padahal acuan yang mereka gunakan tetap sama, namun gambaran yang dihasilkan terlihat berbeda.
          Ketika saya tanya tentang area acuan yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang tepat, diantara mereka ada yang mengatakan menggunakan acuan area SIAS (Superior Iliac Anterior Spine) atau dalam beberapa referensi disebut juga Anterior Superior Illiac Spine (ASIS) yang terdapat pada tulang pelvis sebagai pedoman penentuan titik tengah penempatan kaset. Namun dikarenakan penyebutan SIAS lebih populer dibandingkan ASIS dikalangan radiografer Indonesia maka saya akan menggunakan kata SIAS.
          Sebenarnya batas area SIAS sebagai acuan untuk menentukan titik tengah penempatan kaset telah lama saya tinggalkan. Pada saat saya masih mahasiswa, banyak sekali yang mengajarkan saya untuk menggunakan batas SIAS sebagai acuan, namun pada saat mengerjakan pemeriksaan Abdomen/BNO ternyata memang hal ini tidaklah akurat.
Menurut saya ada beberapa penyebab dari ketidak akuratan penggunaan SIAS sebagai acuan untuk mencari tengah kaset, diantaranya adalah :

1.   Adanya perbedaan penentuan SIAS dari area luar tubuh.
Dari beberapa radiografer dan mahasiswa Teknik Radiografi yang saya temui, ternyata ada perbedaan dalam penentuan SIAS dari area luar tubuh pasien. Dan gambaran radiografi Abdomen yang dihasilkan pun berbeda-beda. Ada yang gambarannya terlalu ke atas, dan ada juga yang gambarannya terlalu ke bawah sehingga terpotong area Symphysis Pubis-nya.
Perbedaan penentuan SIAS pada pasien biasanya dipengaruhi oleh tubuh pasien. Untuk pasien yang bertubuh kurus dengan daging yang lunak, petugas radiologi akan mudah mencari dan menentukan SIAS. Namun jika pasien memiliki tubuh yang gemuk  atau juga pada pasien  dengan tubuh biasa namun dengan daging yang keras (berotot) maka akan terjadi beberapa perbedaan penentuan area SIAS.
Hal ini karena jika kita menekan daging luar untuk menentukan SIAS, biasanya tergantung besarnya tekanan yang kita keluarkan. Sedangkan kekuatan tekanan tiap petugas berbeda-beda dan juga reaksi dari pasien yang terkena tekanan juga terkadang membuat kekuatan penekanan kita berubah. Selain itu letak SIAS yang berada di sekitar tulang iliaca atau berada di antara tonjolan tulang lainnya membuat penentuan SIAS menjadi mudah keliru.
Perbedaan penentuan SIAS ini jugalah yang membuat saya beranggapan bahwa SIAS tidaklah tepat untuk dijadikan acuan untuk menentukan titik tengah penempatan kaset.

2.   Adanya perbedaan bentuk pelvis/panggul untuk tiap manusia. 
Selama ini kita mengetahui bahwa bentuk panggul pria dan wanita jauh berbeda. Pada panggul/pelvis wanita, terlihat lebih rendah karena membentuk jalan lahir, selain itu bentuk rongga pelvis antara pria dan wanita juga berbeda. Pada pelvis pria, rongga pelvis cenderung berbentuk seperti jantung, yaitu dengan bagian atas lebar dan mengecil di bagian bawah. Sedangkan pada rongga pelvis wanita cenderung berbentuk oval dengan melebar pada sisi pinggirnya.
Meskipun begitu, bentuk panggul dari wanita yang satu dengan wanita yang lainnya atau juga antara pria yang satu dengan pria yang lainnya juga ternyata banyak yang berbeda. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Perbedaan bentuk tulang dan rongga pelvis.

Dengan mengetahui adanya perbedaan bentuk tulang dan rongga pelvis pada tiap manusia, maka penggunaan SIAS sebagai acuan untuk menentukan titik tengah sudah tidak lagi saya gunakan, hal ini karena dengan adanya perbedaan bentuk rongga pelvis, maka bentuk panggul pun menjadi berbeda, ini menyebabkan SIAS tidak selalu berada di area tengah dari sisi atas dan bawah rongga abdomen.
       
        Mungkin anda bertanya-tanya, jika saya tidak menggunakan SIAS sebagai acuan untuk membuat gambaran Abdomen/BNO, lalu apa yang saya gunakan sebagai acuan? 
Acuan yang saya gunakan untuk mendapatkan gambaran Abdomen/BNO adalah area Symphysis Pubis.
Penekanan untuk mencari area Symphysis Pubis jauh lebih mudah dibandingkan dengan mencari SIAS, karena bentuk tulangnya yang menonjol dan berada di sekitar daging. Sedangkan untuk mencari SIAS atau biasa disebut juga ASIS (Anterior Superior Iliac Spine) kita harus mencari disekitar tulang Iliaca. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2. Letak SIAS pada tulang illium.




Gambar 3. Symphysis Pubis diantara daging.

Selain itu dengan melakukan penekanan area Symphysis Pubis kita juga dapat mengetahui apakah tubuh pasien lunak ataukah keras, hal ini berguna dalam penentuan faktor eksposi pada saat penyinaran x-ray. Jika tubuh pasien keras, maka faktor eksposi harus lebih tinggi dari yang lunak.
          Pada teknik bayangan untuk pemeriksaan Thorax Foto, saya menggunakan lampu kolimator untuk mendapatkan sudut bayangan vertikal leher dan horizontal bahu yang nantinya menjadi acuan batas area atas kaset.  Sedangkan untuk teknik bayangan pada pemeriksaan Abdomen/BNO saya menggunakan area Symphysis Pubis untuk menjadi acuan batas bawah kaset.

          Adapun Teknik Bayangan pada pemeriksaan Abdomen/BNO adalah sebagai berikut :
A.   Nyalakan lampu kolimator dan letakkan bayangan garis tengah kolimator pada garis tengah meja.
B.   Atur posisi tidur pasien dengan garis tengah tubuh pasien tepat pada garis tengah lampu kolimator.
C.   Setelah itu kita akan menggunakan teknik bayangan untuk pemeriksaan Abdomen/BNO.
a)    Cari area Shympysis Pubis pasien dengan posisi tangan menekan seperti gambar berikut ini.
Gambar 4. Pencarian area Symphysis Pubis

Sebelumnya permisi dulu kepada pasien dan jelaskan maksud dan tujuannya yaitu agar gambaran yang didapat akan lebih tepat sehingga hasil diagnosanya pun menjadi akurat. Usahakan dalam mencari area Symphysis Pubis tangan anda tidak menelungkup ke bawah, karena jika tangan anda mengarah ke bawah, maka pasien akan merasa risih dan bisa saja dia beranggapan bahwa anda sedang meraba tubuhnya.
Untuk pasien pria, sebelum menekan/mencari area Symphysis Pubis, suruh pasien untuk mengarahkan kemaluannya ke bawah. Hal ini dimaksudkan selain nantinya tidak menutupi gambaran area kandung kencing, ini juga untuk menghindari tangan kita menyentuh kemaluan pasien yang nanti dikhawatirkan terjadi kesalah pahaman ataupun ketidaknyamanan.
Untuk pasien wanita, asalkan anda bertindak profesional dan sopan, anda tidak perlu mengkhawatirkan akan ada kesalah pahaman. Karena jika anda bertindak dengan benar maka tangan anda tidak akan sampai menyentuh kemaluan pasien wanita, karena kemaluan wanita terletak jauh di bagian bawah dari Symphysis Pubis dan terhalang bagian paha dari pasien. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Symphysis Pubis dan organ genital wanita.

b)   Setelah anda menemukan area Symphisys Pubis, untuk menjaga kenyamanan pasien, jangan berlama lama di area tersebut. Geser tangan anda ke sisi pinggir tubuh pasien dengan tetap pada garis lurus. Ini juga membuktikan bahwa anda benar-benar bertindak profesional dan pasien tidak berfikir yang bukan-bukan. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 6. Menggeser tangan dalam garis lurus ke samping tubuh.

c)    Setelah tangan berada di area samping tubuh, atur  nyala lampu kolimator sehingga batas bawahnya berada dua sampai tiga jari kearah kaki dari batas acuan tadi.  Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 7. Mengatur nyala lampu kolimator dua sampai tiga jari ke arah kaki dari acuan.

d)   Kemudian gunakan batas bawah lampu kolimator sebagai acuan untuk batas bawah dari kaset yang akan digunakan. Gunakan kaset yang sesuai dengan tubuh pasien. Setelah itu kunci kaset agar tidak bergeser dari posisinya.
Lihat gambar di berikut  ini.
Gambar 8. Nyala lampu kolimator untuk acuan kaset.

Gambar 9. Pengaturan batas bawah kaset pada batas bayangan lampu kolimator.

e)    Kemudian atur/geser lampu kolimasi / tabung x-ray ke arah kepala/kaki  sehingga batas atas dan bawah dari cahaya lampu kolimasi tepat pada bagian sisi gambaran atas dan bawah kaset. Dengan mengatur besar kolimasi tepat pada ukuran kaset, anda secara otomatis telah mengatur titik tengah (Central Point) tepat pada  tengah kaset.
Ingat pada saat menggeser, lampu kolimasi/x-ray tube harus tetap pada garis tengah meja.
f)     Setelah itu lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sesuai, dan jika anda melakukan dengan benar, anda akan mendapatkan gambaran radiograf dari Abdomen/BNO yang cepat, simetris dan tidak terpotong area Symphysis Pubis-nya.
Gambar 10. Gambaran radiografi Abdomen/BNO

 --ooOOOoo--

Pada kesempatan berikutnya insya Allah saya akan menyampaikan  Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi untuk pemeriksaan lainnya.
Untuk teman-teman yang ingin memiliki file tentang Teknik Bayangan2 : Abdomen/BNO dapat di download pada file ini :  Teknik Bayangan2 : Abdomen/BNO.pdf
Untuk teman-teman yang ingin melihat Teknik Bayangan pada pemeriksaan Thorax foto dapat dilihat pada link ini : Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi : "Teknik Bayangan : Thorax Foto"

2 komentar: