Pada saat menyampaikan Teknik Bayangan pada pemeriksaan Thorax foto, saya berjanji akan membahas Cara Mudah
Mengerjakan Teknik Radiografi untuk pemeriksaan lainnya. Pada kesempatan ini
saya mencoba menyampaikan Teknik Bayangan pada pemeriksaan Abdomen/BNO.
Seperti
yang saya sampaikan sebelumnya, teknik ini saya namakan teknik bayangan karena
menggunakan bantuan bayangan dari lampu kolimator. Oleh karena itu, teknik ini
hanya bisa digunakan pada alat rontgen yang dilengkapi dengan lampu
kolimator.
Seperti
halnya teknik bayangan pada Thorax foto, teknik ini juga sangat mudah dan
cepat. Teknik ini juga digunakan pada saat pengaturan posisi pasien. Dengan menggunakan teknik ini diharapkan
radiografer dapat mengerjakan pemeriksaan Abdomen/BNO dengan lebih cepat,
simetris dan tidak terpotong.
Teknik
ini saya sampaikan dikarenakan ada beberapa radiografer yang baru lulus, dan juga mahasiswa Teknik Radiografi yang
sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL) ataupun yang sedang Praktek Kerja Nyata
(PKN) merasa dalam melakukan pemeriksaan Abdomen/BNO tidak selalu mendapatkan
gambaran yang pasti, padahal acuan yang mereka gunakan tetap sama, namun
gambaran yang dihasilkan terlihat berbeda.
Ketika saya tanya tentang area acuan
yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang tepat, diantara mereka ada yang
mengatakan menggunakan acuan area SIAS (Superior Iliac Anterior Spine) atau dalam
beberapa referensi disebut juga Anterior Superior Illiac Spine (ASIS) yang
terdapat pada tulang pelvis sebagai pedoman penentuan titik tengah penempatan
kaset. Namun dikarenakan penyebutan SIAS lebih populer dibandingkan ASIS dikalangan
radiografer Indonesia maka saya akan menggunakan kata SIAS.
Sebenarnya
batas area SIAS sebagai acuan untuk menentukan titik tengah penempatan kaset
telah lama saya tinggalkan. Pada saat saya masih mahasiswa, banyak sekali yang
mengajarkan saya untuk menggunakan batas SIAS sebagai acuan, namun pada saat
mengerjakan pemeriksaan Abdomen/BNO ternyata memang hal ini tidaklah akurat.
Menurut saya ada beberapa penyebab
dari ketidak akuratan penggunaan SIAS sebagai acuan untuk mencari tengah kaset,
diantaranya adalah :
1. Adanya perbedaan penentuan SIAS
dari area luar tubuh.
Dari beberapa radiografer dan
mahasiswa Teknik Radiografi yang saya temui, ternyata ada perbedaan dalam
penentuan SIAS dari area luar tubuh pasien. Dan gambaran radiografi Abdomen
yang dihasilkan pun berbeda-beda. Ada yang gambarannya terlalu ke atas, dan ada
juga yang gambarannya terlalu ke bawah sehingga terpotong area Symphysis Pubis-nya.
Perbedaan penentuan SIAS pada
pasien biasanya dipengaruhi oleh tubuh pasien. Untuk pasien yang bertubuh kurus
dengan daging yang lunak, petugas radiologi akan mudah mencari dan menentukan
SIAS. Namun jika pasien memiliki tubuh yang gemuk atau juga pada pasien dengan tubuh biasa namun dengan daging yang
keras (berotot) maka akan terjadi beberapa perbedaan penentuan area SIAS.
Hal ini karena jika kita menekan
daging luar untuk menentukan SIAS, biasanya tergantung besarnya tekanan yang
kita keluarkan. Sedangkan kekuatan tekanan tiap petugas berbeda-beda dan juga
reaksi dari pasien yang terkena tekanan juga terkadang membuat kekuatan
penekanan kita berubah. Selain itu letak SIAS yang berada di sekitar tulang
iliaca atau berada di antara tonjolan tulang lainnya membuat penentuan SIAS
menjadi mudah keliru.
Perbedaan penentuan SIAS ini
jugalah yang membuat saya beranggapan bahwa SIAS tidaklah tepat untuk dijadikan
acuan untuk menentukan titik tengah penempatan kaset.
2. Adanya perbedaan bentuk
pelvis/panggul untuk tiap manusia.
Selama ini kita mengetahui bahwa
bentuk panggul pria dan wanita jauh berbeda. Pada panggul/pelvis wanita,
terlihat lebih rendah karena membentuk jalan lahir, selain itu bentuk rongga
pelvis antara pria dan wanita juga berbeda. Pada pelvis pria, rongga pelvis
cenderung berbentuk seperti jantung, yaitu dengan bagian atas lebar dan
mengecil di bagian bawah. Sedangkan pada rongga pelvis wanita cenderung
berbentuk oval dengan melebar pada sisi pinggirnya.
Meskipun begitu, bentuk panggul
dari wanita yang satu dengan wanita yang lainnya atau juga antara pria yang
satu dengan pria yang lainnya juga ternyata banyak yang berbeda. Untuk lebih
jelas, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 1. Perbedaan
bentuk tulang dan rongga pelvis.
Dengan mengetahui adanya
perbedaan bentuk tulang dan rongga pelvis pada tiap manusia, maka penggunaan SIAS sebagai acuan
untuk menentukan titik tengah sudah tidak lagi saya gunakan, hal ini karena
dengan adanya perbedaan bentuk rongga pelvis, maka bentuk panggul pun menjadi
berbeda, ini menyebabkan SIAS tidak selalu berada di area tengah dari sisi atas
dan bawah rongga abdomen.
Mungkin anda bertanya-tanya, jika saya
tidak menggunakan SIAS sebagai acuan untuk membuat gambaran Abdomen/BNO, lalu
apa yang saya gunakan sebagai acuan?
Acuan yang saya gunakan untuk
mendapatkan gambaran Abdomen/BNO adalah area Symphysis Pubis.
Penekanan untuk mencari area Symphysis
Pubis jauh lebih mudah dibandingkan dengan mencari SIAS, karena bentuk
tulangnya yang menonjol dan berada di sekitar daging. Sedangkan untuk mencari
SIAS atau biasa disebut juga ASIS (Anterior Superior Iliac Spine) kita harus
mencari disekitar tulang Iliaca. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar
2. Letak SIAS pada tulang illium.
Gambar
3. Symphysis Pubis diantara daging.
Selain itu dengan melakukan penekanan
area Symphysis Pubis kita juga dapat mengetahui apakah tubuh pasien lunak
ataukah keras, hal ini berguna dalam penentuan faktor eksposi pada saat
penyinaran x-ray. Jika tubuh pasien keras, maka faktor eksposi harus lebih
tinggi dari yang lunak.
Pada
teknik bayangan untuk pemeriksaan Thorax Foto, saya menggunakan lampu kolimator
untuk mendapatkan sudut bayangan vertikal leher dan horizontal bahu yang
nantinya menjadi acuan batas
area atas kaset. Sedangkan untuk teknik bayangan pada
pemeriksaan Abdomen/BNO saya menggunakan area Symphysis Pubis untuk menjadi acuan
batas bawah kaset.
Adapun
Teknik Bayangan pada pemeriksaan Abdomen/BNO adalah sebagai berikut :
A.
Nyalakan lampu kolimator dan letakkan
bayangan garis tengah kolimator pada garis tengah meja.
B.
Atur posisi tidur pasien dengan garis
tengah tubuh pasien tepat pada garis tengah lampu kolimator.
C.
Setelah itu kita akan menggunakan
teknik bayangan untuk pemeriksaan Abdomen/BNO.
a)
Cari
area Shympysis Pubis pasien dengan posisi tangan menekan seperti gambar
berikut ini.
Gambar 4. Pencarian area Symphysis Pubis
Sebelumnya permisi dulu kepada
pasien dan jelaskan maksud dan tujuannya yaitu agar gambaran yang didapat akan
lebih tepat sehingga hasil diagnosanya pun menjadi akurat. Usahakan dalam
mencari area Symphysis Pubis tangan anda tidak menelungkup ke bawah, karena
jika tangan anda mengarah ke bawah, maka pasien akan merasa risih dan bisa saja
dia beranggapan bahwa anda sedang meraba tubuhnya.
Untuk pasien pria, sebelum
menekan/mencari area Symphysis Pubis, suruh pasien untuk mengarahkan
kemaluannya ke bawah. Hal ini dimaksudkan selain nantinya tidak menutupi
gambaran area kandung kencing, ini juga untuk menghindari tangan kita menyentuh
kemaluan pasien yang nanti dikhawatirkan terjadi kesalah pahaman ataupun
ketidaknyamanan.
Untuk pasien wanita, asalkan anda
bertindak profesional dan sopan, anda tidak perlu mengkhawatirkan akan ada
kesalah pahaman. Karena jika anda bertindak dengan benar maka tangan anda tidak
akan sampai menyentuh kemaluan pasien wanita, karena kemaluan wanita terletak
jauh di bagian bawah dari Symphysis Pubis dan terhalang bagian paha dari pasien.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Symphysis Pubis dan organ genital
wanita.
b)
Setelah anda menemukan area Symphisys
Pubis, untuk menjaga kenyamanan pasien, jangan berlama lama di area tersebut. Geser tangan anda ke sisi pinggir tubuh
pasien dengan tetap pada garis lurus. Ini juga membuktikan bahwa anda
benar-benar bertindak profesional dan pasien tidak berfikir yang bukan-bukan.
Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 6. Menggeser tangan dalam garis lurus ke
samping tubuh.
c)
Setelah tangan berada di area samping
tubuh, atur nyala lampu kolimator sehingga batas bawahnya
berada dua sampai tiga jari kearah kaki dari batas acuan tadi. Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 7. Mengatur nyala lampu kolimator dua
sampai tiga jari ke arah kaki dari acuan.
d)
Kemudian
gunakan batas bawah lampu kolimator sebagai acuan untuk batas bawah dari kaset
yang akan digunakan. Gunakan kaset yang sesuai dengan
tubuh pasien. Setelah itu kunci kaset agar tidak bergeser dari posisinya.
Lihat gambar di berikut ini.
Gambar 8. Nyala lampu kolimator untuk acuan kaset.
Gambar 9. Pengaturan batas bawah kaset pada batas
bayangan lampu kolimator.
e)
Kemudian
atur/geser lampu kolimasi / tabung x-ray ke arah kepala/kaki sehingga batas atas dan bawah dari cahaya
lampu kolimasi tepat pada bagian sisi gambaran atas dan bawah kaset.
Dengan mengatur besar kolimasi tepat pada ukuran kaset, anda secara otomatis
telah mengatur titik tengah (Central Point) tepat pada tengah kaset.
Ingat pada saat menggeser, lampu
kolimasi/x-ray tube harus tetap pada garis tengah meja.
f)
Setelah
itu lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sesuai,
dan jika anda melakukan dengan benar, anda akan mendapatkan gambaran radiograf
dari Abdomen/BNO yang cepat, simetris dan tidak terpotong area Symphysis Pubis-nya.
Gambar
10. Gambaran radiografi Abdomen/BNO
--ooOOOoo--
Pada kesempatan berikutnya insya Allah saya akan menyampaikan Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi untuk pemeriksaan lainnya.
Untuk teman-teman yang ingin memiliki file tentang Teknik Bayangan2 : Abdomen/BNO dapat di download pada file ini : Teknik Bayangan2 : Abdomen/BNO.pdf
Untuk teman-teman yang ingin melihat Teknik Bayangan pada pemeriksaan Thorax foto dapat dilihat pada link ini : Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi : "Teknik Bayangan : Thorax Foto"
Untuk teman-teman yang ingin melihat Teknik Bayangan pada pemeriksaan Thorax foto dapat dilihat pada link ini : Cara Mudah Mengerjakan Teknik Radiografi : "Teknik Bayangan : Thorax Foto"
mantaaap triknya :D
BalasHapusThanks ya..
Hapus